UMS, Pabelan-online.com — Beberapa waktu yang lalu Organisasi International AIESEC (Association International des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales).membuka stand pendaftaran di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan juga di Pesma (Pesantren Mahasiswa) KH. Mas Manshur dan berhasil menjaring 40 peserta tetapi hanya 21 Mahasiswa mengembalikan formulir kepada panitia.
Proses seleksi sendiri terdiri dari empat tahap yaitu tahap administrasi berupa pengumpulan berkas secara lengkap dan juga diwajibkan membayar biaya selesi sebesar Rp. 100.000, Forum Group Discustion (FGD) yaitu diskusi kelompok tentang education, culture dan juga social, kemudian setelah itu sesi interview bagi mereka yang dinyatakan lolos tahap pertama. Dan baru keputusan final ditentukan dari hasil interview peserta dengan panita recruitment AIESEC.
Proses seleksi ternyata tidak semulus proses pendaftaran yang sudah dilakukan, banyak pihak yang merasa tidak puas, kecewa dan bahkan dirugikan oleh panitia seleksi. Peserta mengeluhkan banyak kendala yang mereka alami, seperti yang ditutrkan oleh Peserta dari Fakultas Psikologi yang tidak ingin disebut namanya. Ia mengungkapkan bahwa sangat kesulitan menemukan tempat seleksi dan sulit untuk dijangkau, suasana tempat yang panas, tidak sesuai dengan kuota peserta sehingga banyak peserta yang tidak kebagiaan tempat duduk dan harus menunggu di parkiran, tidak kondusif dan membuat peserta bad mood serta tidak focus pada seleksi. Menurutnya biaya sebesar Rp.100.000 yang sudah dikeluarkan peserta sangat tidak sesuai dengan pelayanan yang diberikan. “Tempatnya sempit, panas, gak dapet Launch, bikin badmood pokoknya” tambahnya.
Hal serupa juga dialami oleh saudara Agung Ilham Prastowo peserta dari IAIN (Institut Agama Islam Surakarta) Fakultas Tarbiyah, ia menegaskan bahwa untuk menjangkau tempet selesksi butuh energy extra karena memang sulit untuk menemukanya selain tidak familiar juga tempat terlalu kecil sehingga tidak dapat menampung peserta yang begitu banyaknya dari berbagai Universitas yang ikut dalam proses seleksi. Selain itu juga terlihat jelas tidak adanya koordinasi yang bagus di antara panitia UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta) dan UNS (Universitas Sebelas Maret), dari contact person yang tidak bisa dihubungi, pihak panitia UMS yang juga tidak tahu lokasi tempat seleksi ketika ditanya oleh peserta. Perserta berharap kedepanya panitia bisa on time, koordinasi ditingkatkan dan tempatnya jangan di angkringan.
Tsurayya Syarif Zain selaku Ketua panitia, yang ditemui di Pesma (Pesantren Mahasiswa) KH. Mas Manshur Rabu siang (17/4), mengakui memang kurangnya komunikasi dan koordinasi diantara panitia. “Kita panitia dari UMS (Universitas Muhammadiyah Suarakarta) hanya menjalankan tugas sesuai porsi yang diberikan kepada kami, yaitu membuka stand pendaftaran dan mengurus segala sesuatu terkait pendaftaran, dan untuk proses seleksi, interview dilakukan oleh pihak UNS (Universitas Sebelas Maret)”Ungkapnya.
Aya (begitulah sapaan akrabnya) juga menambahkan panitia pihak UMS tidak diberitahu informasi dan tidak diikutsertakan dalam proses seleksi tersebut. Padahal kalau kita diijinkan mungkin bisa sedikit membantu penyediaan tempat, bahkan untuk hasil akhir yang lolos pun panitia UMS tidak diberitahu, ia hanya melihat informasi lewat Group di facebook ada 17 peserta yang ketrima. Harapan kedepanya komunikasi dan koordinasi lebih baik, jangka panjangnya UMS bisa mendirikan AIESEC sendiri sehingga dapat melayani peserta dengan fasilitas yang lebih baik.