Judul film: Home Sweet Loan
Sutradara: Sabrina Rochelle Kalangie
Produser: Cristian Imanuell
Penulis: Almira Bastari
Durasi: 1 jam 52 menit
Tanggal Rilis: 26 September 2024
Baru-baru ini, sutradara Sabrina Rochelle Kalangie telah melahirkan film “Home Sweet Loan” yang bergenre drama-keluarga yang sarat akan maknanya tentang kehidupan, khususnya bagi kehidupan anak muda zaman sekarang. Uniknya, Home Sweet Loan juga menyajikan bumbu-bumbu romansa dan komedi sebagai penyeimbang agar film tak selalu diselimuti kesedihan yang terus menerus.
Bagi penikmat akhir film yang menyenangkan alias happy ending, film ini mungkin lebih pada melegakan ketimbang menyenangkan. Resolusi di akhir cerita yang realistis, yang apa adanya dan tidak terkesan berat sebelah. Sampai tanggal 21 Oktober, Senin kemarin, total penonton Home Sweet Loan telah menembus angka 1,6 juta penonton.
Konflik cerita Home Sweet Loan tidak disajikan dengan bertele-tele. Pengenalan tokoh dan kondisi langsung disajikan dari awal mula film dengan menunjukkan Kaluna (Yunita Siregar) yang kandas hubungannya dengan laki-laki yang ia cintai lantaran perbedaan status sosial. Ditambah lagi dengan kondisi Kaluna yang terus terpojok dalam keluarganya.
Seringkali, Kaluna menanggung beban masalah di rumah itu, karena kedua kakaknya yang sudah menikah. Pekerjaannya yang tak jelas dan tak bisa membangun rumah sendiri turut menjadi beban hidupnya. Akibatnya, lagi-lagi Kaluna yang kena batunya.
Ia kerap dirundung oleh keponakannya yang berisik dan kerap menjahilinya. Hingga pada puncaknya, tempat tidur Kaluna digusur dan menempati kamar pembantu yang kecil, dekat kamar mandi dan tempat mencuci baju.
Karakter Kaluna yang kerap kali merasa bersalah meski tak bersalah, dan terlalu baik karena terus terusan mengalah menjadikan penonton iba dengannya. Kaluna sering memperoleh kondisi yang membuatnya ditekan dari segala arah yang menjadikannya tak bisa berbuat banyak, tak memiliki pilihan selain terus bersabar.
Nasib menjadi orang rajin, dia lah yang selalu membereskan piring bekas makan keluarga dan mencucinya. Urusan membayar token listrik, ia pula yang tanggung. Kedua orang tuanya sudah tak bekerja, keluarga kakak-kakaknya yang diboyong ke rumah itu tak ada yang punya penghasilan, lantaran entah malas atau tak becus mencari kerja dan hanya menambah beban hidup Kaluna.
Tak sampai di situ, kamarnya yang sudah terpinggirkan itu pun masih menanggung biaya ganti plafon kamar yang jebol oleh kucing yang sedang berkelahi. Ia pun terpaksa tidur di ruang tamu dengan sekat dari kain yang dibentangkan, yang dibuatkan bapaknya. Ditambah lagi, ucapan ibunya “Gapapa, besok kita benerin ya plafonnya. Pake uangmu,” sambil terkekeh. Kaluna hanya bisa menahan kekesalan di hatinya sambil menghela napas.
Atmosfer rumah yang ada dalam film itu sempurna dibangun bagaikan distopia bagi nasib anak muda zaman sekarang. Tak ada bahagia-bahagianya tinggal bersama keluarga dan keluarga-keluarga lain yang hanya terus membebaninya.
Maka wajar saja jika Kaluna berambisi hingga berhasil mengumpulkan uang senilai lebih dari 300 juta demi segera bisa membeli rumah sendiri, dan meninggalkan keluarganya. Kaluna tentu giat bekerja keras dan rajin menabung, tak seperti istri kakaknya yang membeli tas puluhan juta dengan alasan sedang diskon. Padahal, untuk hidup pun ia masih kerap meminjam uang Kaluna, yang itu pun entah dikembalikan atau tidak.
Kabar baik, Kaluna tak sendirian menghadapi sederet permasalahan itu. Beruntung ia memiliki rekan kerja yang menyenangkan, kaya akan humor, dan tentunya, selalu ada di saat Kaluna sedang dalam masalah. Figur seperti Danan (Derby Romero), Tanish (Risty Tagor), dan Miya (Fita Anggriani) merupakan paket support system yang lengkap untuk menjadi tempat rehat Kaluna di kala lelah. Hubungan kedekatan mereka pun juga sudah terbangun layaknya sahabat yang sudah tahu baik-buruknya satu sama lain.
Hubungan Kaluna dengan orang tuanya sejatinya terbilang baik. Hanya hubungannya dengan kakak-kakaknya lah yang menjadi momok bahkan parasit bagi hidupnya.
Sebagaimana judulnya, Home Sweet Loan adalah film tentang rumah. Tentang bagaimana Kaluna berjuang mendapatkan rumah yang tepat dan membelinya demi mewujudkan cita-citanya: meninggalkan keluarganya secepat mungkin dan hidup sendirian. Hanya saja, di tengah perjuangannya itu, Kaluna selalu saja mendapatkan masalah-masalah yang ada-ada saja. Emosi penonton akan dibuat naik turun di sepanjang film karena pada setiap bagian yang menyenangkan dalam cerita pasti akan ada hal buruk menanti.
Musik dan instrumen oleh Idgitaf, Feby Putri, Ghea Indrawari, dan Maudy Ayunda berhasil melebur dalam film di setiap momen adegan dan footage-nya, dan memaksa penonton masuk ke dalam film, seolah sungguhan memainkan peran seorang Kaluna. Selain itu, tone warna hijau-kuning pun sukses menambah suasana sendu dalam film.
Home Sweet Loan memang ditayangkan untuk semua umur karena semua kalangan generasi memang perlu menontonnya untuk saling bermuhasabah. Film ini menyampaikan kritik sosial yang sedang lazim terjadi di kalangan anak muda dan keluarga zaman sekarang, tentang bagaimana tidak masuk akalnya urusan membeli rumah, sehingga harus bersusah payah mengangsur untuk melunasi kredit rumah, bahkan kesulitan mendapat pekerjaan dengan upah yang memadai, dan sebagainya.
Serangkaian kondisi itulah yang menjadikan membeli rumah bagaikan hal yang utopis. Masalahnya, yang terpenting bagi anak muda, cepat atau lambat fase itu akan segera mereka jumpai. Tak heran bila banyak dari cerita penonton yang dari kalangan anak muda ikut menangis usai menonton film ini, karena merasakan bagaimana film ini begitu dekat dengan mereka.
Penulis: Han
Editor: Ferisa Salwa Adhisti