Mendaki Gunung: Hobi Mahasiswa Tak Lekang Waktu

LPM Pabelan

Kegiatan mendaki gunung menjadi salah satu momen dimana seseorang dapat menyatu dengan alam. Hingga kini kegiatan mendaki sendiri tak pernah sepi peminat, terlebih bagi kalangan mahasiswa.

Bagi para mahasiswa pecinta alam, pasti tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mendaki gunung minimal sekali dalam hidupnya. Kegiatan mendaki gunung ini memiliki manfaat tersendiri yang bisa dirasakan oleh setiap pendaki.

Dihubungi tim reporter pabelan-online.com Novita salah seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Solusi Bisnis Indonesia (STIE SBI) Yogyakarta mengungkapkan bahwa dirinya telah bergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pecinta alam dikampusnya yaitu Mapalasbi, sejak masih menjadi mahasiswa baru (Maba). Hal itulah yang turut melatarbelakangi dirinya menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan di alam, salah satunya mendaki gunung.

Novita menambahkan bahwa ia pernah beberapa kali melakukan pendakian, yakni ke Gunung Andong, Gunung Slamet, dan Gunung Sumbing.
Ia berpendapat bahwa mendaki gunung merupakan hobi yang tren di kalangan mahasiswa dan tidak pernah sepi peminat. Meski begitu, di sisi lain hobi ini juga memiliki dampak terhadap lingkungan itu.

Menurutnya, seseorang yang melakukan pendakian di gunung bisa menjadi sosok pecinta atau perusak alam, tergantung perilaku yang mereka lakukan selama pendakian. Seorang pendaki harus menjaga lingkungan dan tidak berperilaku sembarangan ketika di alam.

“Maksudnya kalau tujuan kita ke gunung itu hanya ingin terlihat keren atau untuk pamer yang terjadi adalah banyaknya sampah dan rusaknya vegetasi. Jadi naik gunung itu harus menjadi pecinta yang baik, menjadi penikmat yang pandai, dan tidak merusak (lingkungan gunung – Red),” ujarnya, Kamis, (6/3/2023).

Novita menambahkan alasan lain yang menyebabkan dirinya menyukai kegiatan mendaki gunung, karena terdapat sisi solidaritas dan kebersamaan dalam perjalanan tersebut. Meski begitu, ia juga menceritakan duka yang dihadapinya dalam kegiatan mendaki gunung.

“Dukanya kalau sepengalaman saya cuma sakit saja pas pendakian, tapi lebih ke banyak sukanya. Yang pasti kalau mau mendaki harus persiapan fisik yang baik dan etika itu sangat penting,” ungkapnya.

Yuzzri Angga Karunia, seorang Mahasiswa Muslim Pecinta Alam (Malimpa) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengungkapkan bahwa sedari kecil dirinya sangat menyukai kegiatan bermain di alam seperti sungai, sawah, ladang karena mengandung petualangan tersendiri baginya.

Ia menambahkan, bahwa dirinya telah melakukan banyak pendakian gunung, yaitu Gunung Sindoro, Gunung Lawu, bahkan Gunung Himalaya. Ia menjelaskan bahwa bahwa banyak pembelajaran yang didapatnya selama pendakian. Menurutnya, hakikat mendaki ialah sebuah proses manusia dari bawah menuju puncak dengan melewati banyak rintangan.

“Di kehidupan, semua berawal dari bawah untuk menuju ke puncak dan itu dibutuhkan latihan fisik, persiapan materi agar jika terjadi apa-apa. Agar bisa menangani kendala yang ada, dibutuhkan persiapan peralatan, persiapan karakter mental seperti solidaritas, leadership, manajerial, dan problem solver,” ungkapnya, Rabu (5/7/2023).

Bagi Yuzzri, hal yang membahagiakan saat melakukan pendakian yaitu ketika dirinya bisa melihat kebahagiaan dan semangat teman-teman dalam perjalanan. Dengan bersenda gurau tanpa terhalang game, sosial media, dan internet yang menurutnya menjadi kebahagiaan tersendiri karena berbeda dari kebiasaan sewaktu di kota.

Di sisi lain ia merasakan duka jika timnya tidak balance, sehingga salingterpisah satu sama lain. Misalnya, jika ada yang egois dengan meninggalkan anggota yang lemah. Hal itu yang menurutnya berbahaya dan membuat miris.

Sendy salah seorang mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) yang kerap menyalurkan hobinya sebagai pendaki, mengungkapkan alasannya menggemari hobi tersebut karena senang dengan pemandangan indah yang dilaluinya selama mendaki.

Di sisi lain, kegiatan mendaki bisa menjadi ajang untuk mengenal lebih dekat teman seperjalanannya, serta menambah teman baru. Walaupun menurut pengalamannya, ketika dirinya melakukan pendakian, terdapat kendala seperti cuaca yang tidak menentu dan biaya yang tidak sedikit.

Senada dengan Yuzzri, ia juga berpendapat bahwa selama mendaki sebaiknya jangan mementingkan ego sendiri, terlebih jika mendaki dengan banyak orang atau tim.

“Jangan karena ego kita ingin sampai ke puncak, kita meninggalkan teman (seperjalanan – Red) kita. Selain itu ada yang namanya kode etik pendaki. Jangan mengambil sesuatu kecuali gambar, jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak, jangan membunuh sesuatu kecuali waktu,” tuturnya, Kamis (6/7/2023).

Reporter: Nandya Putri Pratiwi
Editor: Aliffia Khoirinnisa

Also Read