UMS, pabelan-online.com – Aliansi Badan eksekutif Mahasiswa (BEM) Solo Raya mengadakan aksi massa September Hitam di Bundaran Tugu Kartasura. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes mahasiswa dan masyarakat terhadap kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Mahasiswa (HAM) di Indonesia.
Aksi puluhan mahasiswa dan masyarakat Solo Raya ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap peristiwa kelam yang terjadi pada bulan September. Aksi tersebut diikuti oleh puluhan mahasiswa dan masyarakat Solo Raya.
Sebelum melakukan aksi, massa berkumpul di belakang RS PKU Muhammadiyah Kartasura, kemudian berjalan menuju tugu dan melingkar di sekitaran tugu. Aksi tersebut dimulai sekitar pukul 17.00 hingga pukul 19.05 WIB.
Aksi dilakukan dibawah derasnya hujan, massa aksi tetap teguh lakukan orasi, pembakaran ban, pembacaan puisi, tabur bunga, hingga doa bersama disertai menyalakan lilin. Aksi tersebut berjalan kondusif dan tidak ada kekerasan dari aparat maupun pihak mahasiswa.
Ditemui oleh reporter pabelan-online.com, Rozin Novianto selaku Koordinator pusat BEM Solo Raya menyampaikan bahwa aksi ini dilakukan sebagai bentuk menyuarakan September menjadi saksi kelamnya ketidakadilan dan kasus HAM yang tidak terselesaikan di Indonesia.
Menurutnya mahasiswa beserta masyarakat dapat menyuarakan sepenuhnya termasuk dalam aksi-aksi seperti ini. Ia mengungkapkan bahwa, sudah tidak ada harapan yang dapat diberikan kepada pemerintah, melainkan tuntutan dan paksaan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
”Kami mendesak agar kasus HAM segera dituntaskan, karena semakin malam kami sudah tidak lagi berharap dan semakin dikecewakan,” ungkapnya, Selasa (24/09/24).
Ia turut menyampaikan ketidakterimaannya pada oknum yang sudah membuat edaran hoaks mengatasnamakan dirinya untuk menghentikan aksi. Menurutnya hal tersebut terjadi karena adanya oknum yang tidak bertanggungjawab dan ingin menggagalkan aksi.
Menurutnya dalam kejadian seperti itu, aparat perlu melindungi keresahan dan dapat ditindaklanjuti jika ke depannya hal serupa kembali terjadi.
”Gerakan kita bukanlah gerakan yang merusak perdamaian masyarakat sekitar, justru gerakan ini mencoba untuk memberitakan bahwasanya september menjadi saksi kasus-kasus pelanggaran HAM, yang sampai saat ini belum dituntaskan oleh pemerintah,” pungkasnya.
Naufal selaku Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Duta Bangsa (UDB) Surakarta turut menanggapi molornya aksi dari waktu yang sudah ditentukan. Hal itu dikarenakan mogoknya kendaraan yang mereka kendarai saat perjalanan.
Naufal menyebutkan, aksi tersebut sudah memenuhi tujuan yang ditargetkan. Ia menambahkan, akan terjadi aksi lanjutan sebagai langkah awal konsistensi mengadakan Aksi Kamisan.
”BEM Solo Raya dan aliansi ini akan mengawali aksi rutinan Kamisan seperti di kota-kota lain, untuk mengenang pelanggaran kasus HAM,” ungkapnya, Selasa (24/09/24).
Menanggapi aksi tersebut, Rahet Kurnia salah satu peserta aksi menyampaikan bahwa aksi ini sangat membantu mengingat sejarah kelam pada bulan September. Momen ini juga mengingatkan kepada pemerintah, bahwasanya mahasiswa dan masyarakat Indonesia berhak bersuara dalam aksi ini.
Salah satu alasan Rahet mengikuti aksi tersebut, karena ia merasa sebagai mahasiswa dan juga rakyat indonesia, memiliki suara untuk melakukan aksi tersebut. Ia juga berharap dengan adanya aksi ini dapat mengingatkan mahasiswa dan masyarakat untuk peduli terhadap negara Indonesia.
”Bahwasanya kita punya senjata yaitu demokrasi untuk mengkritik pemerintahan agar lebih baik dari sebelumnya,” ujarnya, Selasa (24/09/24).
Reporter: Moh Lukman dan Aulia Azzahra
Editor: Bagas Pangestu
Fotografer: M.Bayu