Terhitung sudah hampir dua tahun Covid-19 mewabah di Indonesia. Hal itu juga yang menjadikan kegiatan pembelajaran di sekolah maupun perguruan tinggi sempat mengalami kendala dalam teknisnya. Kemudian, pembelajaran yang mulanya dilakukan secara tatap muka, kini menjadi pembelajaran dalam jaringan (daring) selama wabah Covid-19 ini.
Setelah kasus Covid-19 menurun dan beralih pada kondisi new normal, segala aktivitas fisik dapat kembali dialihkan secara langsung. Tak terkecuali kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
Akan tetapi, karena sudah terlalu lama pembelajaran melalui daring, memang banyak mahasiswa yang ingin merasakan bagaimana perkuliahan di lingkungan kampus. Namun, tidak menutup kemungkinan jika tidak sedikit pula mahasiswa yang sudah merasa nyaman dengan sistem perkuliahan daring.
Setelah kurang lebih dua tahun pembelajaran secara daring, pemerintah akhirnya mengeluarkan pernyataan bahwa kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah maupun universitas yang ada di Indonesia sudah mulai aktif kembali, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes) yang diterapkan.
Dengan diberlakukannya kembali pembelajaran tatap muka tersebut membuat mahasiswa harus kembali beradaptasi dengan suasana baru. Di mana mahasiswa harus beradaptasi di masa transisi kuliah online menuju kuliah offline.
Di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) misalnya, yang sudah mulai melakukan pembelajaran tatap muka, terhitung setelah usai libur lebaran yakni selepas Ujian Tengah Semester beberapa saat lalu. Namun, kegiatan perkuliahan masih dilakukan dengan sistem yang diberlakukan oleh pihak universitas, di mana mulai pekan kedelapan sampai pekan ke-14 perkuliahan, pembelajaran dilakukan secara tatap muka di ruang kelas.
Selama proses adaptasi atau masa transisi dari online ke offline, pembelajaran di ruang kelas dilakukan dengan pengoptimalan waktu pembelajaran, hal ini dikarenakan terdapat pengurangan jam pembelajaran pada tiap-tiap mata kuliah mahasiswa. Misalnya, yang awalnya tiga Satuan Kredit Semester (SKS) waktu normalnya 2,5 jam bisa menjadi 1,5 jam.
Muhammad Abdul Aris selaku Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMS menyebutkan bahwa perkuliahan sudah kembali seperti semula, yaitu secara tatap muka. Namun dengan sistem ganjil-genap sesuai pemberitahuan yang ada, khususnya di Program Studi Akuntansi. Ia mengungkapkan perlunya proses adaptasi dari mahasiswa dalam menghadapi perubahan ini.
“Di masa transisi seperti ini, mahasiswa harus memiliki kesiapan terhadap suasana dan pembelajarannya. Di mana yang awalnya pembelajaran kuliah bisa dilakukan di mana saja, sekarang dilakukan di ruang kelas,” ungkapnya, Rabu (18/5/2022).
Aris juga menjelaskan, dalam kelas-kelas mata kuliah yang diampunya, untuk keaktifan mahasiswa yang ada di forum daring maupun tatap muka tidak jauh berbeda. Bedanya, ketika tatap muka dosen dan mahasiswa bisa lebih interaktif karena bertemu secara face to face.
Selain itu, di masa transisi daring ke tatap muka ini, mahasiswa perlu untuk menjaga kesehatan masing–masing untuk menghindari kemungkinan adanya penyakit yang masih berkeliaran. Pentingnya menjaga kesehatan merupakan faktor yang juga mendukung efektifnya perkuliahan secara luring atau tatap muka.
Aris menambahkan, meski perkuliahan tatap muka ini berjalan, perkuliahan secara daring tetap dapat dilakukan, misalnya untuk mengganti kelas yang kosong jika ada agenda yang berlangsung bersamaan. Ia berpendapat di antara mahasiswanya, banyak yang merasa antusias untuk segera kuliah offline, tetapi tidak sedikit juga yang merasa kurang siap dengan adanya hal tersebut.
Lain halnya dengan Aris, Aminah Hasyim yang merupakan salah satu mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah (HES) UMS mengungkapkan, di masa transisi seperti ini, ia merasa terkejut dalam proses adaptasi perubahan kegiatan belajar mengajar.
Hal ini karena dirinya sebagai mahasiswa angkatan 2020, di mana belum pernah merasakan perkuliahan luring akibat dari pandemi. Sehingga berdampak sejak awal masuk, perkuliahan yang diikutinya berlangsung dengan sistem daring. Aminah tidak memiliki pengalaman dalam perkuliahan tatap muka.
Ia juga mengungkapkan, kendala yang dihadapi saat awal masuk pertama tatap muka adalah bingungnya letak ruangan yang menjadi tempat pembelajaran. Aminah masih belum familiar terhadap kampus tempat belajarnya, karena selama pandemi ia hampir tak pernah masuk ke dalam ruang-ruang perkuliahan tersebut.
Di sisi lain, Aminah merasakan jika sudah nyaman dengan perkuliahan daring daripada tatap muka, karena menurutnya lebih efektif dan mahasiswa dapat melakukan pembelajaran di mana saja atau fleksibel.
Ia berpendapat, bahwa pembelajaran secara daring dan tatap muka memiliki keuntungan dan kelemahan satu sama lain. Keuntungan pembelajaran secara daring sangat besar, karena waktu yang dimiliki dapat lebih banyak untuk keluarga dan bisa melakukan kegiatan sambil kuliah. Namun kekurangannya adalah saat ada gangguan koneksi internet, sehingga menyebabkan proses pembelajaran selama kuliah menjadi terhambat.
Menurutnya, perkuliahan luring sebenarnya memiliki keuntungan lebih banyak karena ia dapat berinteraksi langsung bersama teman-teman dan dosennya. Dengan pembelajaran luring sendiri, penyerapan materi lebih mudah dipahami sehingga mengoptimalkan proses pembelajaran.
“Kekurangannya saat pergantian mata kuliah yang ruangannya berbeda, itu akan terbuang waktunya untuk pindah ke ruangan,” keluhnya soal perkuliahan tatap muka, Rabu (18/5/2022).
Reporter : Kholisa Nur Hidayah
Editor : Rifqah