UMS, Pabelan-online.com — Aksi mimbar bebas memperingati “September Hitam” diselenggarakan oleh gabungan BEM dari berbagai fakultas di Universitas Sebelas Maret (UNS). Aksi ini digelar di depan Boulevard UNS pada Senin, 23 September 2024.
Aksi menyalakan lilin dalam rangka memperingati “September Hitam” digelar sejak pukul 15.00 WIB. Massa aksi berjalan menuju gerbang utama UNS disertai dengan konvoi dan dimulai dari Fakultas Hukum (FH).
Para peserta aksi mengenakan riasan darah buatan dan tali, yang melambangkan keterbelengguan dan rasa takut akibat pelanggaran HAM yang dialami oleh korban.
Ditemui secara langsung oleh reporter pabelan-online.com pada saat aksi berlangsung, Nabil Maulana selaku Koordinator Lapangan (Korlap) dari BEM Fakultas Hukum UNS menjelaskan bahwa, aksi tersebut sudah direncanakan selama kurang lebih satu bulan. Ia mengungkapkan, terkait koordinasi dengan BEM Fakultas UNS baru dimulai dua minggu yang lalu.
Nabil menuturkan bahwa aksi ini mengusung tema “Kebenaran yang Hilang, September Hitam”, dengan konsep visual yang menggambarkan korban pelanggaran HAM. Ia menyayangkan bagaimana penyelesaian kasus pelanggaran HAM yang masih berlarut-larut dan belum terselesaikan hingga hari ini.
“Hak asasi manusia seharusnya dilindungi oleh negara, tetapi justru dirampas,” tegas Nabil.
Tujuan utama dari aksi ini, lanjut Nabil, adalah untuk memberikan pencerdasan kepada masyarakat mengenai pelanggaran HAM yang terjadi. Terkhusus, yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa di bulan September.
Dalam aksi itu, Nabil menyebutkan terdapat sekitar 100 orang terlibat sebagai peserta aksi. Beberapa di antaranya adalah perwakilan dari lembaga kampus, seperti BEM fakultas dan universitas, mahasiswa yang hadir secara individu, serta beberapa masyarakat.
“Kami tidak hanya aksi, tapi juga ada konten di Instagram terkait pelanggaran HAM. Aksi ini diharapkan menarik perhatian masyarakat umum agar lebih sadar terhadap isu-isu HAM,” tambah Nabil.
Nabil juga turut menyampaikan pesan kepada jurnalis sekaligus Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) untuk turut membantu mengangkat isu tersebut, agar semakin banyak yang sadar tentang masalah HAM yang belum terselesaikan. Selain itu, ia juga menerangkan akan adanya aksi lanjutan yang akan digelar pada Selasa 24 September mendatang, di Kartasura, bersama BEM se-Solo Raya.
“Harapannya, mahasiswa semakin tergerak, rakyat semakin cerdas, dan pemerintah dapat segera mengusut tuntas kasus-kasus pelanggaran HAM,” harapnya di akhir wawancara.
Salah satu peserta aksi, Muhammad Tariq Ramadhan, mahasiswa Ilmu Administrasi Negara turut mengutarakan pendapatnya. Ia mengikuti aksi ini sejak awal, yakni pukul 15.00 WIB, usai menghadiri konsolidasi dan pengarahan aksi.
Tariq mengungkapkan bahwa, aksi tersebut adalah aksi mimbar bebas, di mana semua peserta berhak menyuarakan keresahan mereka terkait isu HAM. Terutama mengenai peristiwa yang terjadi di bulan September.
“Selain orasi, aksi ini juga dilengkapi dengan pembacaan puisi dan diakhiri dengan aksi simbolik menyalakan lilin,” tuturnya, Senin (23/09/2024).
Tariq menjelaskan bahwa, makna menyalakan lilin dalam aksi ini adalah sebagai simbol menyalakan api perjuangan. Hal itu diperuntukkan mewakili keadilan atas korban-korban pelanggaran HAM yang belum ditegakkan oleh negara.
“Karena memang isu ini sudah lama ya, dan memang tidak ada gebrakan dari pemerintah, maka dari itu teman-teman menyepakati aksi hari ini untuk dilakukan sebagai pengingat kembali,” ujarnya.
Dalam aksi ini, Tariq juga mendesak agar pemerintah segera menuntaskan masalah pelanggaran HAM dan menangkap para pelaku.
Tariq pun mengajak mahasiswa lain yang belum sadar untuk mulai memperdalam pengetahuan mereka mengenai isu-isu HAM yang terjadi di bulan September. Ia menyarankan untuk mempelajari sejarahnya agar paham terkait isunya.
“Setelah memahami isunya, teman-teman pasti akan sadar bahwa HAM adalah hak semua manusia,” tandasnya.
Di akhir wawancara, ia mengungkapkan harapan terbesarnya mewakili kawan-kawan peserta aksi lain. Ia berharap keadilan benar-benar ditegakkan.
“Harapannya, api perjuangan ini tidak hanya berhenti sampai di sini, tapi api perjuangan ini bisa terus bernyala sampai memang kebenaran itu ada dan keadilan itu tercipta,” harap Tariq.
Reporter: Ferisa Salwa Adhisti
Editor: Muhammad Farhan
Fotografer: M.Bayu