Menjadi Mahasiswa Kupu-Kupu, Kunang-Kunang, Atau Kura-Kura?

LPM Pabelan

Menjadi mahasiswa memang memiliki keunikan tersendiri. Terutama dalam kehidupan sosialnya di kampus. Terdapat penggolongan unik dari mahasiswa ini sendiri. Masruroh, 2013 menyebutkan terdapat tiga penggolongan mahasiswa dalam kampus itu sendiri, yaitu mahasiswa ‘kupu-kupu’, mahasiswa ‘kunang-kunang’, dan mahasiswa ‘kura-kura’. Ketiga jenis tersebut adalah kupu-kupu atau ‘kuliah-pulang kuliah-pulang’, kura-kura atau ‘kuliah rapat kuliah-rapat’, dan kunang-kunang atau ‘kuliah-nongkrong kuliah-nongkrong’. Masing-masing dari ketiganya memiliki latar belakang, ciri, perilaku, serta pandangan yang berbeda-beda.

Mahasiswa kupu-kupu atau kuliah pulang-kuliah pulang memang terkadang menjadi stigma yang melekat pada mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Mahasiswa ‘kupu-kupu’ yang menjadi dipandang sebagai entitas yang lebih rendah daripada mahasiswa ‘kura-kura’ dan ‘kunang-kunang’.

Mahasiswa ‘kupu-kupu’ dianggap lebih fokus pada saat perkuliahan di kelas. Para mahasiswa ‘kupu-kupu’ tidak senang mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampus. Mahasiswa ‘kupu-kupu’ ini akan langsung pulang ke rumah atau indekos apabila perkuliahan sudah selesai. Menjadi mahasiswa ‘kupu-kupu’ tidak selalu terlihat buruk, mereka memiliki alasannya sendiri.

Adapun hal baik yang dimiliki mahasiswa ‘kupu-kupu’ adalah memiliki banyak waktu luang setelah perkuliahan, lebih bisa fokus ke akademis, lebih fresh dan siap menerima perkuliahan, memiliki banyak waktu untuk hobby-nya, dan tidak terikat dengan suatu organisasi.

Mahasiswa kupu-kupu juga dapat sukses setelah lulus kuliah, yaitu dengan mengikuti program kerja magang atau part time, mengikuti berbagai lomba, banyak mencari beasiswa, mengikuti kursus-kursus atau pelatihan, dan menjadi seorang pebisnis.

Mahasiswa kupu-kupu dianggap sebagai mahasiswa yang dapat memanajemen waktu, memiliki kemampuan dalam memecahkan sebuah masalah dan mencari solusi dengan baik, mempunyai bekal sebelum bekerja yang bisa dimasukan ke dalam Curriculum vitae (CV), memiliki banyak teman, dan dapat belajar berdiskusi. Meskipun begitu mahasiswa ‘kura-kura’ tak melulu dianggap paling keren ketimbang mahasiswa ‘kupu-kupu’ maupun ‘kunang-kunang’.

Sedangkan mahasiswa ‘kura-kura’ dianggap sebagai tolok ukur mahasiswa ideal. Para mahasiswa ini dianggap lebih memiliki kontribusi kepada kampus, hingga masyarakat luas. Mahasiswa ‘kura-kura’ biasanya mendapatkan stigma yang lebih baik ketimbang mahasiswa ‘kupu-kupu’ maupun ‘kunang-kunang’. Mahasiswa ‘kura-kura’ pun dikatakan sebagai agent of change.

Untuk mahasiswa ‘kunang-kunang’ sendiri memiliki kebiasaan berkumpul atau nongkrong di perpustakaan, kafe, kantin, sekitar kampus. Mahasiswa tipe ini biasanya jajan, minum kopi, atau makan yang sekedar hanya untuk nongkrong. Biasanya kegiatannya dilakukan untuk membahas berbagai macam hal, mulai dari tugas perkuliahan, isu hangat saat itu, curhat, ngomel, hingga bertukar ide dan solusi.

Mungkin bisa dibilang mahasiswa tipe ini adalah mahasiswa yang paling santai. Namun, tergantung mahasiswanya sendiri juga, kadang ada beberapa mahasiswa yang memang suka nangkring tapi sambil berproduktif untuk perkuliahan atau mungkin menyiapkan ide bisnis bersama dengan teman-temannya.

Menjadi hak masing-masing dalam menentukan bagaimana kehidupan kuliah akan dijalankan. Hal terpenting di sini adalah masa kuliah harus diisi dengan hati gembira karena ini merupakan kesempatan untuk eksplorasi potensi yang dimiliki, melakukan apa yang diinginkan sejauh disertai dengan komitmen dan rasa tanggung jawab. Lalu mana yang kamu pilih?

Penulis: Ratih Kartika Sari

Mahasiswa Program Profesi Guru (PPG) Prajabatan FKIP UMS

Editor: Seliana Putri

 

Also Read