Winston Smith, tokoh utama dalam cerita tersebut, digambarkan sebagai seorang warga negara yang baik. Namun, jauh di dalam pikiran dan lubuk hatinya, Winston adalah seorang pembangkang yang secara diam-diam memberontak, melawan penindasan dan pengawasan terus-menerus oleh Partai, yang dipimpin oleh sosok misterius yang kerap disebut Bung Besar (atau Big Brother dalam terjemahan lain).
Bung Besar disebut misterius karena wujud dan entitasnya tidak pernah ditampakkan kepada publik. Siapapun Bung Besar, tak peduli manusia atau bukan, bagaimanapun bentuk dan umurnya, yang terpenting adalah bahwa seluruh manusia harus tunduk dan taat pada Bung Besar, atau mereka akan dihilangkan.
Dalam merencanakan pemberontakannya, Winston bertemu dengan Julia, yang sebelumnya ia kira sebagai pengintai dari Partai yang mengawasi gerak-geriknya untuk dilaporkan kepada Kementerian Cinta Kasih. Ironisnya, meskipun namanya Kementerian Cinta Kasih, fungsi utama kementerian ini adalah mengawasi, menghukum, dan menyiksa individu yang dianggap sebagai musuh Partai.
Namun, bertemu dengan Julia tidak berarti tanpa masalah dalam perjalanan pemberontakannya. Di dunia 1984, setiap gerakan dan kata-kata warga diawasi oleh teleskrin yang terus-menerus memantau. Bahkan, pikiran individu diawasi melalui konsep “thoughtcrime” (kejahatan berpikir), di mana berpikir secara mandiri atau menentang pemerintah adalah sebuah kejahatan. Apabila ketahuan berbuat kejahatan pikiran, Polisi Pikiran akan segera meringkus dan membawanya kepada Kementerian Cinta Kasih. Kementerian Cinta Kasih bertanggung jawab atas pengawasan dan penindasan terhadap setiap bentuk pemberontakan terhadap Partai.
Hubungan Winston dengan Julia juga merupakan hubungan yang terlarang. Demi menjaga identitasnya sebagai pelanggar, Julia bergabung dengan Liga Anti-Seks. Liga ini bertujuan untuk mempromosikan pantang seks dan untuk menghapuskan kenikmatan seksual. Partai menggunakan Liga Anti-Seks sebagai alat untuk mengontrol dan menekan hasrat seksual individu. Bagi Partai, hubungan seks adalah kejahatan yang mengancam, dan rakyat dilarang melakukan hubungan tersebut, kecuali hanya untuk tujuan kembang biak yang disebut “tugas kecil untuk Partai”. Julia merupakan contoh hipokrisi dari anggota Liga Anti-Seks.
Hukuman bagi mereka yang menentang pemerintah sangat brutal, termasuk penyiksaan dan penghilangan paksa. Salah satu tujuan utama Kementerian Cinta Kasih adalah merekondisi pikiran para tahanan agar benar-benar loyal kepada Partai. Mereka menggunakan teknik cuci otak untuk memastikan bahwa setelah dilepaskan, individu tersebut tidak akan pernah berpikir untuk memberontak lagi. Beberapa dari mereka bahkan meminta untuk segera dibunuh setelah cuci otak agar tidak kembali menjadi “penjahat pikiran” dan mati dalam keadaan “bersih” (tunduk pada Partai).
Dalam 1984 atau Nineteen-Eighty Four, negara dikendalikan oleh Partai tunggal yang disebut SosIng (dalam terjemahan lain disebut IngSoc). Partai ini mengontrol dan memanipulasi informasi, sejarah, dan kebenaran melalui Kementerian Kebenaran (tempat Winston bekerja), yang bertanggung jawab atas pengeditan catatan sejarah untuk disesuaikan dengan propaganda Partai. Mereka menulis ulang sejarah untuk memenuhi kebutuhan politik saat itu, sehingga masyarakat tidak akan pernah mengetahui kebenaran sejarah yang sebenarnya. Segala ingatan dimanipulasi agar realitas menjadi kabur karena distorsi informasi oleh Kementerian Kebenaran.
Praktik propaganda juga dilakukan melalui penciptaan bahasa baru yang disebut Newspeak. Bahasa ini dirancang untuk membatasi kemampuan berpikir kritis dan mengekspresikan pemberontakan. Dengan mengurangi jumlah kata, pemerintah dapat dengan mudah mengontrol pikiran rakyatnya dengan membatasi gagasan.
1984, yang diterbitkan enam bulan sebelum kematian George Orwell, tetap menjadi karya fenomenal yang dianggap sebagai novel paling kelam dalam sejarah, meskipun telah tujuh puluh tahun berlalu sejak rilisnya. Dikenal sebagai karya yang menakutkan karena menggambarkan distopia di mana kebebasan individu sepenuhnya dihilangkan, dan masyarakat hidup di bawah kontrol ketat dan brutal pemerintahan totaliter. Selain itu, 1984 sering dianggap sebagai salah satu karya sastra paling berpengaruh di abad ke-20.
Namun demikian, terjemahan novel ini oleh Landung Simatupang dan penerbitan Bentang Pustaka memuat bahasa yang cukup berat sehingga memerlukan pembacaan ulang pada beberapa halaman.
Penulis: Han
Editor: Ferisa Salwa Adhisti