Beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pecinta alam tidak sedikit saat melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) mengalami hambatan dan kendala. Salah satunya dalam hal fisik, yang membuat pelaksanaan kegiatannya harus dipersiapkan secara matang.
Terkadang dalam kegiatan diklat tadi, beberapa menelan sejumlah korban. Melansir dari detik.news, seorang mahasiswi Fakultas Teknik Universitas Jember (Unej) meninggal dunia usai mengikuti Diklat Dasar (Diklatsar) Pencinta Alam di Lereng Pegunungan Argopuro. Hal itu didasari korban mengalami kondisi trouble dan kondisi medis emergency yang membutuhkan untuk dilakukan evakuasi
Berkenaan dengan hal tersebut, reporter Pabelan-online.com mewawancarai Akbar Tandjung, selaku Ketua UKM Hizbul Wathan (HW) di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang berfokus pada kegiatan pecinta alam pada Sabtu, 18 November 2023.
Apa tanggapan Anda perihal kasus tersebut?
“Sangat disayangkan sebenarnya karena kejadian itu memberikan dampak negatif pecinta alam lain, tapi di HW alhamdulillah perhari ini masih baik-baik aja. Nah, itu yang pertama. Yang kedua, mungkin bisa mengakibatkan kurangnya minat entah itu mahasiswa ataupun peserta didik yang lain ikut bergabung di organisasi atau komunitas-komunitas pecinta alam.”
Apa faktor penyebab kejadian seperti tadi?
“Lebih ke fisik peserta, mungkin sebelum pendidikan itu mereka nggak terlalu berolahraga atau mungkin fisiknya tidak maksimal atau tidak baik. Ya, mungkin ketika di lapangan mereka akan sedikit drop-lah bahasanya karena kan perlu menyesuaikan, walaupun mereka tau kegiatan di lapangan, tapi kan terkait yang menguras banyak tenaga kan mereka belum tau.”
Apa saja persiapan yang dibutuhkan agenda diklat itu?
“Sebenarnya terkait yang perlu dipersiapkan ketika menjelang diklat, yaitu banyak ya. Mulai dari persiapan tempat kegiatannya apakah nanti ada jalur alternatif, ketika memang ada musibah jalur yang dekatlah. Itu yang perlu dipersiapkan.
Kedua, perlu mempersiapkan kondisi sekarang ini. Kondisi sekarang ini kan berubah-ubah ya. Kadang panas, kadang hujan itu kan sangat berisiko untuk peserta yang mungkin fisiknya terkuras dan itukan perlu dipersiapkan juga. Mungkin persiapan ya kalau kita itu harus yang sering melaksanakan kegiatan di medan gunung hutan, terutama pecinta alam harusnya mereka sudah bisa menganalisis terkait kejadian-kejadian apa yang sering terulang, Sering terjadi misalnya, hipotermia segala macamnya. Itu kan harus kita siapkan pertolongannya.
Nanti ketika terjadi hipotermia ya pertolongan pertamanya seperti apa, penyelamatannnya seperti apa. Dan seharusnya obat-obatan harus disiapkan berkaitan dengan apa musibah-musibah yang sering terjadi ketika pendidikan.”
Penanganan evakuasi dan pertolongan seharusnya dilakukan seperti apa?
“Sebenarnya kalo kita (HW –red) sendiri ketika Pendidikan, kita punya seperti great siswa peserta. Ketika itu bisa dalam kondisi sakit masih bisa dilanjutkan pendidikannya masih bisa kita usahakan paksakan, tapi ketika peserta ini dah sampai di great yang kita nggak bisa memaksakan lagi, mau nggak mau kita evakuasi.
Nah, itu yang perlu kita perhatikan, kita sebagai pelaksana khususnya harus bisa mempertimbangkan itu. Jangan kemudian mereka harus menyelesaikan pendidikan kita tidak seperti itu, kita juga melihat kondisi peserta.”
Untuk Standar Operasional Prosedur (SOP) agenda di HW seperti apa?
“Ya kalo di SOP HW itu setiap tahun berubah dan kita sebenarnya nggak terlalu besar perubahannya. Tetapi terkait yang paling sering berubah itu pelaksanaanya, ketika tempatnya berpindah mau nggak mau ada SOP yang berubah juga. Tapi, contohnya SOP basecamp atau lokasi kegiatan selama di hutan. Pertama, lokasi kegiatan bukan tempat wisata sehingga bisa mengganggu kegiatan. Kedua, lokasi kegiatan terdapat alur atau jalan evakuasi.
Nah, terkait SOP kesehatannya segala macam tetap. Seperti untuk pertolongan kita menyiapkan obat-obatan, kemudian ketika ada informasi dari temannya peserta bahwa peserta ada yang sakit, kita langsung tindak lanjuti. Dan kita selalu ada analisis terkait potensi penyakit yang akan muncul ketika berkegiatan. Setiap tahun kita melaksanakan kegiatan, maka setidaknya kita punya data terkait cedera yang biasanya di alami peserta. Setelah kita ketahui, maka akan kita siapkan obat-obatanya.
Kalo ada penyakit yang serius dan tidak memungkinkan mereka ikut diklat, maka tidak bisa ikut di HW UMS. Karna syarat masuk HW UMS mereka harus mengikuti diklat.
Evakuasinya seperti apa ya itu berubah, ketika emang sudah parah, maka kita akan melakukan evakuasi atau korban dibawah ke puskesmas terdekat.”
Bagaimana pandangan Anda mengenai senioritas di organisasi pecinta alam?
“Kalo menurut saya pribadi ya karena kita di HW tidak ada yang namanya senioritas, jadi tidak bisa terlalu memberikan tanggapan terkait senioritas di organisasi. Tetapi terkait pandangan saya pribadi dan prefektif saya, senioritas sebenarnya tidak baik di organisasi manapun. Tidak hanya di organisasi pencinta alam karena efeknya juga banyak salah satu efeknya itu mungkin nanti ketika selesai pendidikan atau bahkan di medan pendidikan yang senior ini merasa dia paling hebat di dalam pendidikan itu, sehingga apa pun instruksinya, apa pun peritahnya harus dilaksanakan seperti ini.
Nah, terus efeknya untuk peserta yang mau atau nggak mau kan tidak bisa membantah karena adanya senioritas itu, walaupun sebenarnya itu tidak benar atau salah.”
Masalah apa yang sering dialami peserta Diklat pecinta alam?
“Kalo di kita itu itu lebih sering kutu air sebenarnya karena sekarang apalagi sekarang musim hujan kan mereka otomatis pakai sepatu, kaos kakinya basah walaupun kita udah memberikan solusi harus bawa kaos kaki lebih dari tiga, minimalnya tiga.
Tetapi sering terjadi kutu air itu karena medan pendidikannya basah terus panas, sepatunya macam basah masih dipakai, belum kering dipakai lagi. Terus yang kedua itu.hipotermia karena kita kegiatan di tempat memang suhunya dingin, jadi sering kali terjadi.”
Apakah ada solusi untuk masalah tadi?
“Kalau yang kutu air kita lagi cari solusi setiap tahunnya, salah satunya dengan tadi memperhatikan betul terkait kaos kaki peserta, jika sudah basah tidak usah dipakai lagi. Biasanya peserta kita hanya mengingatkan, tetapi pelaksaaanya mereka. Tetapi terkait ini kita perlu tekankan kaos kaki yang basah tidak boleh dipakai lagi, paling nggak kita melapisi kaos kaki basah itu dengan plastik, baru kemudian dengan kaos kaki kering biar tidak langsung tembus ke kaki. Itu hal yang coba kita lakukan untuk meminamilisir kutu air.”
Hal positif apa selama berkegiatan tadi?
“Sebenarnya kalo manfaat yang didapatkan peserta yang pertama mungkin lebih ke kepeduliannya mereka nanti terkait alam, jadi karena mereka sudah masuk di hutan mereka bisa melihat langsung dengan keadaan hutan seperti itu. Ketika perawatannya baik nanti alamnya baik juga, tapi ketika perawatannya tidak baik nanti malah alamnya akan rusak. Setelah pendidikan harapannya mereka akan tumbuh rasa cinta lingkungan untuk menjaga alam atau melestarikan alam itu sendiri.”
Harapan Anda mengenai UKM pecinta alam?
“Kalo harapan saya mungkin untuk komunitas-komunitas pecinta alam yang lain, sebelum melaksanakan kegiatan mungkin lebih memperhatikan dulu medan-medan tempat melaksanakan kegiatan. Entah itu mereka harus survei dulu tempatnya lokasinya segala macam. Terus yang kedua , mungkin lebih menyiapkan apa ya bahasanya Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) karena yang isu kemarin terjadi.
Dari kita sendiri tetap harus dipersiapkan karena kita mengantisipasi kegiatan yang akan terjadi, terus selanjutnya kesiapan panitia juga ya harus siap siaga selama pelaksanaan kegiatan itu.”
Reporter : Indah Permatasari
Editor : Ashari Thahira