UMS, pabelan-online.com – Dugaan penemuan tengkorak korban Aditya Dharma Santoso masih diselidiki oleh kepolisian Kecamatan Mantangai Sabtu, 12 Oktober lalu. Pihak kampus sudah berupaya dalam pencarian jasad dan bertanggung jawab kepada pihak keluarga korban.
Melansir dari Kompas.com, penemuan sebuah tengkorak di hutan Desa Sei Ahas, Kecamatan Mantangai, Kapuas, Kalimantan Tengah, itu membuat geger warga. Jasad itu diduga milik mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM) yang hilang di hutan tersebut lima bulan lalu. Dalam video yang beredar, warga memperlihatkan penemuan jasad dalam bentuk tengkorak di hutan Desa Sei Ahas, pada Sabtu pagi, (12/10/2024).
Dugaan mahasiswa bernama Aditya Dharma Santoso (21), yang hilang karena adanya kemiripan dengan pakaian terakhir yang digunakannya. Sebelum jasadnya ditemukan, pencarian korban dihentikan dan dinyatakan hilang. Aditya Dharma Santoso, mahasiswa ULM yang hilang di hutan Desa Sei Ahas, merupakan warga Desa Bentok, Kecamatan Bati-bati, Tanah Laut, Kalimantan Selatan (Kalsel).
Sebelumnya, kabar hilangnya mahasiswa fakultas kehutanan ULM itu tersiar sejak Kamis sore, 2 Mei 2024 lalu, ketika sedang melakukan geotagging atau pemetaan untuk penambahan informasi geografis di lokasi tersebut. Aditya berangkat menuju Desa Sei Ahas untuk melakukan geotagging bersama 15 mahasiswa ULM lainnya.
Ia kemudian berpencar untuk melakukan geotagging di hutan Desa Sei Ahas. Hingga sore hari, rekan-rekan Aditya sudah berkumpul di titik yang sudah ditentukan sekira pukul 15.00 WIB. Namun, Aditya tak kunjung tiba, bahkan setelah rekannya menunggu selama sekitar satu jam.
Sejak kabar hilangnya Aditya tersebar, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) terus melakukan pencarian dengan menyisiri hutan Desa Sei Ahas. Namun hingga 10 hari pencarian, Aditya tidak ditemukan, sehingga petugas memutuskan untuk menghentikan pencarian.
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Mantangai, AKP Untung Basuki belum dapat memberikan keterangan karena masih berada di tempat kejadian. Saat ditanya ihwal kecocokan jasad tengkorak dengan pakaian terakhir yang digunakan oleh mahasiswa ULM yang hilang lima bulan lalu, Untung menyebut masih perlu dilakukan identifikasi.
“Masih perlu dilakukan identifikasi dulu (untuk memastikannya),” pungkas Untung.
Menanggapi hal itu, repoter pabelan-online.com berusaha mewawancarai Darusslaman selaku Wakil Rektor 3 ULM, namun ditolak olehnya saat diminta wawancara via WhatsApp.
Reporter pabelan-online.com berkesempatan mewawancarai Latif, teman dekat Aditya Dharma Santoso, sekaligus peserta acara geotagging. Ia mengungkapkan, setelah mengetahui informasi adanya mahasiswa yang hilang, sejauh ini pihak fakultas telah melakukan doa bersama yang dihadiri civitas academic, dan membentuk tim dari fakultas untuk menggali informasi lebih lanjut setelah dilakukan pencarian.
“Pihak fakultas sempat turun ke lapangan langsung, dan membentuk tim pencarian yang terdiri dari beberapa dosen dan mahasiswa (relawan), yang saya ketahui pihak fakultas atau universitas tetap bertanggung jawab dan mengawal kasus tersebut,” ungkapnya via Whatsapp, Jumat, (18/102024).
Sebelumnya, ia juga sempat memberikan disclaimer bahwa, informasi yang diketahui hanya sebatas itu, dan bisa jadi ada tindakan-tindakan lain yang tidak diketahui olehnya. Meskipun pencarian telah dihentikan setelah 10 hari sesuai SOP Basarnas karena belum membuahkan hasil, upaya pencarian tetap dilanjutkan dengan menyebarkan poster korban yang hilang.
Selain itu, adapun upaya tanggung jawab terhadap keluarga korban, yakni beberapa dosen menemui orang tua korban dan sempat menggalang donasi untuk korban. Menurutnya, pihak kampus sudah berkontribusi dan bertanggung jawab terhadap kasus ini.
“Mengingat korban adalah keluarga kami di ULM, terlepas dari apapun motif di belakang hilangnya korban, harapan saya mungkin lebih ke teman-teman di ULM agar kasus serupa tidak terjadi lagi,” harapnya di akhir wawancara.
Reporter: Muhammad Farhan
Editor: Ferisa Salwa Adhisti







