Bagaimana agar Aku Bisa Menyampaikan Isi Pikiranku ke Kamu?

LPM Pabelan

Pernahkah kamu merasa bingung untuk menyampaikan perasaan atau isi pikiran sendiri?. Padahal itu tentang apa yang ada di dalam dirimu. Nah, fenomena itu juga kerap dirasakan oleh beberapa orang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis.

Kesulitan mengungkapkan pikiran dapat disebabkan oleh pola pikir negatif, seperti catastrophizing dan mind reading sering kali terjadi karena individu membentuk asumsi yang tidak rasional.

Dalam catastrophizing, seseorang membayangkan skenario terburuk yang mungkin terjadi jika mereka mengungkapkan pendapat, seperti berpikir bahwa pendapatnya akan memicu konflik besar atau membuatnya dihakimi secara keras oleh orang lain.

Sedangkan, mind reading merupakan kondisi dimana seseorang berasumsi bahwa mereka tahu apa yang dipikirkan orang lain—asumsi. Misalnya, saat berbicara dengan teman, seseorang mungkin berpikir, “Dia pasti menganggap saya sok pintar jika saya mengungkapkan pendapat saya”.

Pola pikir ini membuat individu enggan berbicara karena merasa pendapatnya akan dinilai negatif atau tidak dihargai, meskipun orang lain mungkin tidak memiliki penilaian semacam itu. Kedua pola pikir ini secara tidak langsung menciptakan hambatan besar dalam komunikasi dan membuat seseorang lebih memilih diam daripada menghadapi risiko yang mereka bayangkan.

Nah, peran sikap asertif dalam hal ini sangatlah penting. Asertivitas adalah kemampuan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan dengan jujur dan langsung, sambil tetap menghargai hak dan perasaan orang lain.

Orang yang asertif mampu menyampaikan pendapatnya tanpa merasa perlu takut akan kritik atau asumsi negatif dari orang lain. Mereka memahami bahwa mengungkapkan pikiran bukan hanya sekadar hak, tetapi juga cara untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan orang-orang di sekitar mereka.

Lalu apa saja sih strategi yang bisa diterapkan dalam bersikap asertif?

1. Persiapan Mental

Mindset yang tepat: Penting untuk menyadari, bahwa setiap individu memiliki hak untuk menyuarakan pendapatnya. Mengingat hal ini akan membantu membangun kepercayaan diri sebelum berkomunikasi. Selain itu, yakinkan diri bahwa perasaan kamu valid dan pantas untuk diungkapkan. Fokus pada solusi yang ingin dicapai, bukan konflik yang mungkin muncul, sehingga komunikasi lebih konstruktif dan terarah.

2. Teknik Komunikasi Verbal

Formula D.E.S.C: Teknik D.E.S.C dapat digunakan untuk menyampaikan pendapat secara sistematis dan jelas. Langkah pertama, describe (gambarkan) situasi secara objektif tanpa menyalahkan. Kedua, express (ungkapkan) perasaan kamu terkait situasi tersebut. Ketiga, specify (jelaskan) perubahan yang diinginkan. Dan yang terakhir, consequences (konsekuensi), jelaskan manfaat atau hasil positif jika perubahan dilakukan.

3. Teknik “Saya”

Gunakan pernyataan “Saya” untuk menghindari kesan menyalahkan orang lain. Misalnya, daripada mengatakan “Kamu selalu terlambat”, lebih baik katakan “Saya merasa khawatir ketika jadwal kita tidak sesuai rencana”. Ini membantu menjaga komunikasi tetap fokus pada perasaan dan persepsi anda tanpa membuat pihak lain merasa diserang.

Dan berikut ada beberapa frasa yang bisa kamu gunakan ketika ingin bersikap asertif yang bisa kamu coba:

  1. “Aku menghargai pendapatmu namun aku memiliki pandangan berbeda”.
  2. “Aku perlu waktu untuk mempertimbangkan hal ini”.
  3. “Aku memahami posisimu. Adakah yang bisa aku bantu?”.

4. Komunikasi Non-Verbal

  • Bahasa tubuh asertif: Bahasa tubuh itu bagian penting dari komunikasi. Nah untuk bersikap asertif, pertahankan kontak mata yang nyaman—hal ini menunjukan keberadaanmu untuk lawan bicara dan kamu memperhatikan setiap hal yang dia katakan. Selain itu, jaga jarak personal yang sesuai, sekitar satu hingga satu setengah meter, agar percakapan terasa lebih nyaman dan tidak mengintimidasi.
  • Suara dan Intonasi: Nah kadang ketika akan menyampaikan sesuatu yang penting, akan ada rasa gugup dan faktor-faktor yang datang di pikiran sebagaimana yang dijelaskan tadi. Untuk mengantisipasinya, jaga suara yang jelas dan stabil, gak perlu terburu-buru. Bicara dengan tempo yang sedang, hindari nada yang terlalu tinggi karena bisa menunjukkan kecemasan. Selain itu, gunakan jeda untuk menekankan poin penting agar pesan lebih efektif tersampaikan dan memberi waktu bagi lawan bicara untuk mencerna informasi.
  • Dalam hubungan personal: Ketika ingin menetapkan batasan, kamu bisa berkata “Aku sangat menghargai hubungan kita. Namun, di hubungan ini tidak cuma tentang ‘Kita’ tetapi ‘Aku, Kamu, dan Kita’, jadi aku perlu waktu untuk diriku sendiri sebelum kita berdiskusi kembali”.
  • Dalam menghadapi konflik, pernyataan seperti “Aku merasa gak nyaman sama situasi ini. Bisakah kita bicara dan membahasnya?” dapat membantu membuka percakapan yang lebih konstruktif.

Dari semua strategi yang sebelumnya telah dibahas, pasti rasa takut ditolak yang masih membayangimu. Tetapi jangan khawatir, berikut tips yang bisa kamu terapkan.

Gimana Cara Menangani Penolakan?

  1. Teknik Broken Record: Teknik ini melibatkan pengulangan pernyataan dengan tenang dan konsisten. Contohnya, jika seseorang meminta pinjaman uang dan mereka mendesak, ulangi dengan tenang, “Aku mengerti situasimu, tapi aku gak bisa meminjamkan uang”. Tetap konsisten tanpa memberikan ruang untuk negosiasi lebih lanjut.
  2. Teknik Fogging: Teknik fogging melibatkan setuju sebagian dengan pernyataan lawan bicara, tanpa mengubah pendirian anda. Misalnya, jika seseorang mengatakan, “Kamu terlalu kaku dengan deadline!”. Anda bisa menjawab, “Mungkin benar aku terlihat kaku, tapi deadline ini penting untuk keberhasilan proyek”. Teknik ini meredakan konflik tanpa harus sepenuhnya setuju dengan lawan bicara.

Mengungkapkan pikiran memang bukan hal yang mudah. Namun, ingatlah bahwa setiap pikiran dan perasaanmu itu berharga dan layak untuk diungkapkan. Jangan mengorbankan diri sendiri, hanya karena takut ada penolakan oleh orang lain, karena keberadaanmu bukan bergantung pada isi pikiran orang lain. Latihan sikap asertif bukan tentang menjadi sempurna, tapi tentang belajar menghargai suaramu sendiri.

Jangan biarkan ketakutan mendikte hidupmu. Setiap kali kamu memberanikan diri untuk berbicara, kamu membuka pintu untuk hubungan yang lebih dalam dan pemahaman yang lebih baik – baik dengan dirimu sendiri maupun dengan orang lain.

Penulis            : Ferisa Salwa Adhisti

Editor             : Alfin Nur Ridwan

Also Read

Tags

Tinggalkan komentar