Pabelan-online.com — Pengabaian massa aksi oleh Presiden Jokowi terhadap BEM SI di Patung Kuda pada pekan lalu menimbulkan buntut masalah yang serius. Massa aksi kecewa dan sedang mengonsolidasikan aksi dengan skala yang lebih besar untuk ke depannya.
Tsabit Syahidan, Koordinator Lapangan aksi tersebut, menjelaskan bahwa massa mulai berkumpul di IRTI Monumen Nasional pada hari Senin pukul 15.00, melakukan long march ke Patung Kuda, dan mulai beraksi. Agenda diisi dengan orasi, salat berjamaah, dan mencoba menarik barikade beton polisi dengan tambang.
“Saat sudah lewat dari pukul 18.00, polisi meminta massa aksi bubar, tapi mahasiswa tetap bertahan dan ingin ada perwakilan pihak istana yang menemui mereka, namun akhirnya polisi membubarkan aksi,” jelas Tsabit saat dimintai keterangan pada Minggu (28/07/2024).
Ia juga menyebutkan bahwa aksi itu diikuti oleh setidaknya 30 kampus dari seluruh Indonesia. Setelah melakukan konsolidasi, pihaknya juga membahas teknis lapangan terkait semua hal tentang aksi yang akan dijalani, mulai dari titik kumpul, titik evakuasi, perangkat aksi, dan lainnya.
Sebagaimana tindakan represif yang didokumentasikan oleh kanal YouTube CNN, Tsabit juga mengungkapkan bahwa beberapa peserta aksi mengalami kekerasan dari pihak polisi, meski tidak sampai diringkus.
“Bahkan, ada yang mengalami luka di kepala. Kalau diringkus tidak ada, karena mahasiswa tidak melakukan tindakan anarkis,” ungkapnya saat ditanyai kronologi tindakan represif oleh kepolisian.
Aksi itu diakhiri karena tidak ada perwakilan dari pihak istana yang datang untuk menemui massa, dan polisi yang sudah ingin segera membubarkan aksi. Akibatnya, bentrokan pun terjadi dan aksi tersebut dibubarkan.
“Akhirnya bentrokan tidak dapat dielakkan karena polisi memukul mundur massa aksi agar segera bubar,” ujar Tsabit.
Meski dibubarkan dan tidak mendapat respon dari Jokowi atau utusannya, Tsabit merasa aksi itu telah dimenangkan. Menurutnya, aksi itu cukup menghebohkan banyak media, sehingga dapat mengobarkan semangat mahasiswa lainnya untuk aksi selanjutnya.
“Jokowi memang selalu abai dan tidak pernah menemui massa aksi. Bisa dibilang menang, karena ini hanyalah aksi awalan untuk aksi-aksi berikutnya yang lebih besar. Untuk sekarang masih di tahap konsolidasi lanjutan,” tegas Tsabit di akhir wawancara.
Senada dengan pernyataan Tsabit, Koordinator Media aksi itu, Agung Lucky Pradita, menyatakan bahwa massa kecewa lantaran aksi itu diabaikan oleh Jokowi. Pihak istana juga tidak ada yang merespon aksi yang digelar di Patung Kuda tersebut.
“Tidak ada sama sekali perwakilan dari Jokowi atau Istana yang menanggapi tuntutan massa aksi, sehingga kami kecewa dan akan mengeskalasikan aksinya lebih besar lagi nantinya,” tegas Agung dalam wawancara via WhatsApp, Rabu (24/07/2024).
Agung berpesan kepada segenap mahasiswa tanah air agar benar-benar menjadi ujung tombak perjuangan dan benih-benih kecil yang nantinya ditembakan ke tembok kekuasaan tirani dan tumbuh subur dengan sendirinya yang akan merapuhkan, bahkan meruntuhkan tembok tirani tersebut.
Kepada Jokowi, Agung berpesan agar di aksi ke depannya, suara mahasiswa benar-benar didengar oleh Presiden Joko Widodo. Menurutnya, kritik dan berbagai upaya yang dilakukan merupakan bentuk rasa cintanya kepada Jokowi.
“Semoga di akhir kepemimpinan ini, Jokowi bisa memperbaiki diri dan keadaan bangsa ini dan menyelesaikan janji-janjinya, bukan malah memperkeruh keadaan saat ini dan membuat banyak kebijakan dan cawe-cawe (ikut campur – red) kesana kemari demi jabatan keluarganya,” harapnya di akhir wawancara.
Reporter: Muhammad Farhan
Editor: Ferisa Salwa Adhisti







