UMS, Pabelan-online.com – Aksi mahasiswa Kota Bima yang mengawal isu di masyarakat menunjukkan dimensi idealisme. Mahasiswa sebagai agen perubahan kerapkali melakukan aksi-aksi sebagai wujud kontrol sosial terhadap isu di sekitarnya.
Melansir pada laman khaba.net, Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Universitas Mbojo Bima melakukan aksi massa turun ke jalan pada Senin, 9 Oktober 2023 mendesak hentikan pengeboran sumur perusahaan air minum Asakota milik istri eks Wali Kota Bima HM Lutfi.
Aksi mahasiswa mendapatkan pengawalan ketat dari aparat Kepolisian dan Polisi Pamong Praja (PP) Kota Bima. Pengeboran sumur menyebabkan kekeringan persawahan milik warga Raba Dompu Barat serta kurangnya efektifitas hasil pertanian.
“Jika tuntutan kami tidak diindahkan, maka kami akan melakukan gerakan besar-besaran bersama Rakyat Kota Bima sekaligus penyegelan,” tegas Alfan Suriangga selaku Korlap aksi, Senin (9/10/2023).
Dihubungi oleh tim Pabelan-online.com Ahmad Kholid Al Ghofari selaku Kepala Biro (Kabiro) Kemahasiswaan (Kama) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berpendapat, bahwa peran mahasiswa sebagai kontrol sosial pada dimensi idealisme sangat penting.
Menurutnya, setiap pilihan yang diambil mahasiswa akan dipertanggung jawabkan kemudian dianalisa risikonya.
“Kalau melihat perkembangan ke sini, memang (bentuk pengawalan – Red) sedikit berbeda dari segi pola pikirnya, sejarahnya berbeda, kondisi yang berbeda, apalagi media-media,” jelasnya, Senin (16/10/2023).
Lanjutnya, mahasiswa mempunyai jiwa muda dengan rata-rata usia produktif yang berakibat bukan hanya pola berpikir saja yang berkembang melainkan aktivitas mahasiswa yang tidak kenal lelah.
Menurutnya, sebuah kontrol sosial tidak akan terjadi ketika sebuah fenomena sosial berjalan sesuai dengan harapan dan intelektualitasnya. Terlebih dengan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan.
Kholid menambahkan, bahwa manusia memiliki pola pikir yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang mendukung. Lanjutnya, mahasiswa mempunyai analisa diskusi bersama dengan menumbuhkan pola pikir yang menyertainya.
“Manusia itu mudah meniru, terlebih untuk meniru sosok yang ia teladani. Sebisa mungkin mahasiswa menjadi bagian-bagian itu,” tutupnya.
Mohamad Ferry salah satu Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang turut berpendapat, baginya mahasiswa sering kali dikaitkan perannya di berbagai banyak hal, yang tidak hanya dalam dunia akademik.
Ferry berpendapat, terkait dengan peran-peran yang melekat pada mahasiswa, sebagai anak muda tentu dianugerahi suatu amanah sebagai penerus negeri ini nantinya.
“Perlu diingat dan digaris bawahi, sekalipun mahasiswa punya peran-peran yang strategis di masyarakat, sudah seharusnya pula mahasiswa tidak lupa untuk melibatkan masyarakat itu sendiri dalam tiap peran atau gerakan yang mereka lakukan, karena sering kali hal tersebut luput,” ungkapnya, Senin (16/10/23).
Ferry menambahkan, peran mahasiswa dalam melakukan berbagai pengawalan isu tentu sangat strategis. Apalagi jika melihat kondisi negara Indonesia saat ini, menurutnya di situlah posisi daripada mahasiswa, yaitu untuk menjadi opisisi dari pemerintahan yang ada.
“Boleh almamatermu bau ruangan ber-AC karena sering mengikuti konferensi atau debat. Boleh pula almamatermu bau sayur-sayuran, tanah, dan udara pedesaan karena sering ikut pengabdian kemasyarakatan. Boleh pula almamatermu bau gas air mata dan asap kendaraan karena memang sering ikut turun aksi di jalan. Asal jangan bau almamatermu bau almari, karena setelah ospek hanya kamu simpan dan tidak pernah sama sekali kamu abadikan,” tutupnya.
Reporter: Kania Aulia Nazmah Nabilla
Editor: Shafy Garneta Maheswari