Ditulis Oleh: Muhammad Ghifari
UMS, Pabelan-online.com — Pada hari ini saya akan membahas tentang gangguan pasca kecelakaan atau dalam bahasa psikologi adalah PTSD (Post Traumatic Stress Disorder/ gangguan stress pasca trauma). Untuk yang tidak mengetahui PTSD, maka saya akan menjelaskan PTSD berdasarkan dari sumber yang saya dapatkan.
Gangguan stres pascatrauma adalah gangguan kecemasan parah yang dapat berkembang setelah terpapar setiap peristiwa yang menghasilkan trauma psikologis. Kejadian ini dapat memicu ancaman kematian diri sendiri maupun orang lain bahkan merusak potensi integritas fisik, seksual, atau psikologis individu.Sebagai efek dari sebuah trauma psikologis, PTSD (Post Traumatic Stress Disorder/ gangguan stress pasca trauma) biasanya menunjukkan frekuensi gejala yang tidak sering muncul namun berlangsung cukup lama bila dilihat dan dibandingkan gejala pada penderita stress akut. Atau untuk pengertian singkatnya adalah trauma jiwa akibat dari peristiwa traumatis. Pengalaman traumatis ini merupakan pengalaman luar biasa yang mencekam, mengerikan, dan mengancam jiwa seseorang, seperti peperangan, korban perkosaan, keorban kecelakaan hebat dan orang-orang yang telah menjadi saksi dari hancurnya rumah-rumah dan lingkungan hidup mereka oleh bencana alam, atau oleh bencana teknologis seperti tabrakan kereta api atau kecelakaan pesawat, dsb.
Depresi yang biasanya muncul akibat PTSD:
- Ingatan atau bayangan mencengkeram tentang trauma, atau merasa seperti kejadian terjadi kembali (Flashback)
- Respon-respon fisik seperti dada berdebar, munculnya keringat dingin, lemas tubuh atau sesak nafas saat teringat atau berada dalam situasi yang mengingatkan pada kejadian
- Kewaspadaan berlebih, kebutuhan besar untuk menjaga dan melindungi diri
- Mudah terbangkitkan ingatannya bila ada stimulus atau rangsang yang berasosiasi dengan trauma (lokasi, kemiripan fisik atau suasana, suara dan bau, dan sebagainya).
Pada beberapa orang dapat juga terjadi:
- Mimpi buruk, gangguan tidur
- Gangguan makan: mual dan muntah, kesulitan makan, atau justru kebutuhan sangat meningkat untuk mengkonsumsi makanan
- Ketakutan, merasa kembali berada dalam bahaya
- Kesulitan mengendalikan emosi atau perasaan, misalnya menjadi sensitif, cepat marah, tidak sabar
- Kesulitan untuk berkonsentrasi atau berpikir jernih.
Nah, selanjutnya saya akan menjelaskan bagaiman cara mengatasi PTSD atau gangguan penyakit psikologi tersebut, yang pertama anda harus lakukan adalah pergi ke klinik psikologi, tentunya yang berkompeten. Umumnya penderita yang mengidap PTSD akan menjadapatkan terapi dari para ahli psikologi, berikut ini terapinya:
- Terapi behavior lewat proses khusus yang melibatkan pengandaian mental dari peristiwa yang memicu traumatik dan disandingkan dengan terapi relaksasi. Dengan teknik ini, penderita akan menanggulangi rasa takutnya pada pemicu trauma.
- Terapi kognitif untuk menghadapi efek peristiwa penyebab trauma. Terapi dengan cara si penderita bercerita bisa membantu penderita mengurangi kenangan buruk masa silam.
- Terapi psikodinamik dengan memaparkan kembali penderita terhadap peristiwa traumatik namun dengan lingkungan yang lebih mendukung. Dengan terapi ini, penderita akan memahami perasaan sadar dan tak sadar terhadap peristiwa yang mempengaruhinya tersebut dan belajar menerima kondisi.
- Terapi medis dengan pemberian obat penenang atau obat anti depresann dapat membantu untuk mengobati gangguan-gangguan kecemasan lainnya. Namun masalah potensial dengan terapi obat adalah bahwa pasien kemungkian menganggap perbaikan klinis yang terajadi disebabkan oleh obat dan bukan karena mereka sendiri. Obat tidak mampe memberikan efek kesembuhan secara total karena terapi obat hanya mengobati gejal bukan inti dari masalah trauma itu sendiri.
Tambahan :
- Untuk mengatasi PTSD, kata Tjhin dalam harian republika tertanggal 6 Februari, metode prolonged exposure therapy adalah salah satu metode perawatan psikoterapi yang dapat membantu pasien menghadapi situasi yang ditakuti secara aman dan sistematis. Dalam terapi ini, lanjut dia, pasien akan diarahkan untuk menceritakan peristiwa traumatik yang dialaminya. Pasien juga diarahkan untuk mengenali bagian-bagian paling menakutkan dalam peristiwa itu. `’Tujuannya, untuk melatih otak agar otak tidak sensitif lagi pada peristiwa tersebut,” jelas Tjhin. Melalui terapi ini pasien akan diarahkan untuk mendukung, memperkuat, dan memperbarui mekanisme adaptasi. `’Psikiater akan membantu untuk meredakan perasaan bersalah, marah, sedih, depresi, cemas, dan mengurangi problem mental yang ada,” cetusnya. Selain itu, lanjut Tjhin, upaya lain adalah menghindarkan pasien dari pikiran-pikiran, perasaan, orang, tempat, atau apa pun yang dapat membangkitkan ingatan akan peristiwa traumatik yang pernah dialami.
- Ahli juga bersepakat, penderita trauma juga sebaiknya menghindari makanan/minuman pemicu PTSD seperti kafein (kopi, coklat, teh hitam, dan kola) dan alkohol.
- Mempertahankan kadar gula darah untuk menyeimbangkan mood.
- Banyak menkonsumsi buah, sayuran, dan protein dari sayuran seperti kacang-kacangan, serta ikan.
- Mengenali dulu apa yang menjadi penyebab gangguan itu, sebab tidak sama dalam setiap kasus.
- Kembali lagi pada peristiwa saat itu, dan mengeluarkan emosi yang seharusnya dia keluarkan saat itu. Tentunya dengan bantuan seorang ahli terapi dia mengunjungi kembali saat itu dan mengeluarkan perasaannya yaitu perasaan takut, marah, diekspresikan semua.
- Setelah itu baru masuk ke yang disebut di dalam ilmu terapi ke arah yang bersifat kognitif. Yaitu penyembuhan kognitif artinya dia akan diajar atau mulai belajar melihat hidup ini atau situasi ini dengan kaca mata yang berbeda.
Sekian info dari saya, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan. Terima kasih.
Sumber: http://indonesiaindonesia.com/f/91294-post-traumatic-stress-disorder-ptsd/







