Reporter: Nur Rizqi Febriandika
UMS, Pabelan-online.com — Mahashantri Shabran menuntut agar Direktur Shabran tidak melakukan rangkap jabatan. Dualisme tersebut terbukti berdampak buruk terkait insiden beberapa mahasantri yang tidak bisa mengikuti perkuliahan akibat menejemensi yang buruk.
Hal tersebut diungkapkan oleh M. Shaleh selah satu mahasantri shabran jurusan tarbiyah. Pasalnya, dengan merangkap jabatan WD III FAI dan WD IV (direktur Shabran), dinilai membuat beliau kurang bisa fokus mengurusi salah satu jabatan tersebut. Konsekuensi logisnya ada salah satu yang harus dikorbankan. “Dan terbukti Shabran sebagai pihak yang dikorbankan,” ujarnya, Senin (2-9-2013) .
Setidaknya baik WD III FAI dan WD IV adalah sama-sama jabatan yang membutuhkan perhatian khusus dan tidak bisa diurusi dengan cara sambil lalu. Kedua jabatan tersebut memiliki posisi yang cukup urgen bagi kepentingan mahasiswa. Terutama WD III yang mengurusi bagian kemahasiswaan dituntut untuk lebih memiliki waktu luang ekstra. “seyogyanya Pak Imran jangan rangkap jabatan, pilih salah satu kan lebih mudah,” ujarnya.
Terkait hal tersebut direktur Shabran, Imran Rasyadi mengaku jabatan tersebut merupakan kebijakan dari Dekan FAI. Ia juga sebenarnya tidak menghendaki jabatan rangkap tersebut, karena dinilai terlalu berat dan sangat menguras energi karena harus bolak-balik antara Shabran dan kampus.”Tapi bagaimana lagi itu sudah keputusan senat untuk mengganti posisi pak Antok yang sekarang menjabat Kabagmawa,” ujarnya, (4-9-2013).
Walaupun demikian ia mengaku jabatan itu tidak akan lama dan bersifat sementara. Sebab sebentar lagi akan ada pergantian Dekan dan beberapa bulan stelahnya akan disusul dengan WD yang lain. “jadi untuk sementara saya terpaksa rangkap jabatan, jika disuruh memilih saya akan tetap memilih salah satu saja,” ungkapnya saat di jumpai seusai mengajar di Shabran.
Editor: MK