Pabelan-online.com – Rencana pementasan “Wawancara dengan Mulyono” karya Teater Payung Hitam di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung yang terjadi pada 15-16 Februari 2025 dibatalkan. Penolakan ini tertuang dalam surat pernyataan yang dikeluarkan ISBI yang menyebutkan alasan-alasan tertentu yang menjadi latar belakang keputusan tersebut.
Dalam siaran pers yang dikeluarkan pada 18 Februari 2025, pihak ISBI Bandung menegaskan bahwa dilarangnya pertunjukan teater “Wawancara dengan Mulyono” di lingkungan kampus itu diambil berdasarkan pertimbangan dari segi administratif hingga prosedural.
Sejauh ini, pihak ISBI Bandung berusaha memfasilitasi kelompok pertunjukan yang akan bermain di ISBI Bandung. Dalam siaran pers itu juga menyebutkan bahwa pihaknya sudah memberikan rekomendasi untuk menggelarnya di gedung-gedung lain milik pemerintah daerah yang lebih relevan.
Pihaknya juga menyampaikan studio teater ISBI tidak dapat digunakan sebagai tempat pertunjukan dikarenakan keterbatasan ruang dan semakin dekatnya dengan waktu perkuliahan.
Keputusan mengenai perizinan yang tidak dapat dilakukan di lingkungan kampus ini didasarkan pada beberapa hal yaitu administrasi dan perizinan, kewenangan kampus untuk mengatur pemanfaatan fasilitas, prinsip netralis kampus sebagai institusi pendidikan tinggi negeri, dan kondusivitas kampus dan potensi polarisasi.
Reporter Pabelan-online.com sudah mencoba menghubungi pihak rektorat untuk mengulik informasi lebih dalam, tetapi narasumber tidak dapat merespons hingga 21 Februari 2025.
Rachman Sabur selaku sutradara sekaligus pemain kelompok Teater Payung Hitam menyatakan bahwa, ia telah mengirimkan surat permohonan kepada kepala studio teater ISBI Bandung pada 9 Januari 2025. Surat ini ditanggapi oleh kepala studio teater Irwan Jamal sebulan setelahnya pada 10 Februari 2025 yang akhirnya dinyatakan sebagai masalah perizinan.
“Yang saya tahu selama ada ruang pertunjukan studio teater, baru kali ini dinyatakan masalah izin dari rektor. Sebelum-sebelumnya tidak pernah ada,” jelasnya, Jumat (21/02/2025).
Adapun pentas tersebut dilaksanakan untuk memperingati perjalanannya selama 43 tahun dengan menggelar pertunjukan teater “Wawancara dengan Mulyono” dibarengi dengan peluncuran buku yang berisi sepuluh naskah monolog teater buatannya sejak 1986. Hingga saat ini, kata Rachman, setelah insiden penurunan baliho “Wawancara dengan Mulyono” dan penggembokan gedung studio teater, tidak ada dialog yang diucapkan oleh pihak ISBI.
“Kampus seni yang melarang kesenian. Tragis sekali memang,” ujarnya.
Sementara itu, majalah Tempo justru memberikan kesempatan untuk Teater Payung Hitam mempertunjukkan “Wawancara dengan Mulyono” di gedung Tempo Media Group, di Palmerah, Kota Jakarta Barat pada April mendatang. Ia berharap, seharusnya keberadaan kampus-kampus umumnya terlebih kampus kesenian harus membuka diri untuk memberikan ruang ekspresi bagi semua civitasnya.
“Di zaman pasca Reformasi ini hak asasi dan demokrasi digembok! Dilarang! Lebih gelap dari jaman orde Baru. Indonesia gelap adalah keniscayaan,” ujarnya dengan tegas.
Reporter: Kania Aulia Nazmah Nabilla
Editor: Muhammad Farhan